Selasa, 22 Februari 2011

KEBUDAYAAN kOTA AMBON

Kota Ambon adalah kota yang memiliki kebudayaaan yang sangat unik dan eksotis . Meskipun pada tahun 1999 terjadi Kerusuhan besar - besaran menyangkut permasalahan SARA , tapi banyak hal yang dapat kita pelajari kebudayaannya serta sejarahnya . Bahasa orang Ambon sangat mirip dengan bahasa Jerman , Belanda dan Inggris . Kata yang sering saya ucapkan setelah menerima sebuah hadiah atau oleh - oleh adalah " Danke", kata ini mirip sekali dengan bahasa Jerman . Kata - kata bahasa Maluku sangat Mudah diingat asal kita ingat suku katanya saja ,“Kita” di ambon menjadi “katong” asal kata dari “kita orang”, “mereka” menjadi “dong” asal kata dari “dia orang”. Untuk kata kepemilikan menggunakan kata “punya” yang disingkat menjadi “pung”, contohnya apabila kita ingin menyebutkan “rumah saya” maka menjadi “beta pung rumah”. Ada beberapa hal yang perlu diingat antara lain, mereka cenderung menyingkat kata, bunyi vokal “e” akan selalu dibaca “e’ “, dan untuk kata yang berakhiran dengan “n” selalu menjadi “ng”. Dengan demikian dapat dipahami kenapa kata “punya” menjadi “pung” dan “pergi” menjadi “pi”, “jangan” menjadi “jang”, “dengan” menjadi “deng”, “teman” menjadi “tamang”, dan “makan” menjadi “makang”. Ahaa… kami pun mulai asik bercakap-cakap dalam bahasa Maluku “katong pi jua?” atau “ayo katong pi makang, beta su lapar” “epenka” “jang mara”. 

MUSIK AMBON 
Masyarakat Kota Ambon setiap hari suka memutar musik dengan keras - keras . Jangan mengharapkan di sana ada lagu - Lagu barat seperti : Justin Bieber , Lady gaga , Ketty Perry dll , yang ada di sana hanya ada Lagu - lagu Ambon yang diciptakan Orang - orang Ambon itu sendiri . Saya saja sampai hafal lagu - lagu Ambon seperti : 
1. Hura - Hura Cincin 
2. Enggo Lari 
3. Hitam - Hitam kuli Kanari 
Selain di rumah penduduk , lagu - lagu AMbon juga dapat di dengar di rumah - rumah makan , angkutan umum , Kapal penyebrangan umum dan juga di tempat - tempat lainnya . 

BUDAYA DAN SAGU
Keseluruhan budaya Maluku terangkum di Museum Siwalima sangat cocok untuk dapat memahami kilas kebudayaan di sana. Hal yang menarik dari kehidupan masyarakat Maluku adalah tingginya tingkat ketergantungan terhadap pohon sagu, perannya sama seperti Kelapa di Pulau Jawa di mana dari ujung akar sampai ujung daun dapat dimanfaatkan. Namun kontribusi pohon sagu lebih merasuki kebutuhan primer masyarakat Maluku yaitu kebutuhan pangan dan papan. Buah sagu diolah menjadi papeda, makanan pokok masyarakat Maluku, dan bisa diolah menjadi beraneka ragam penganan lain berupa camilan yang enak dan khas.
Batang pohonnya akan diolah menjadi furnitur dan kayu untuk rumah, dan daun-daun yang menyerupai sirip daun kelapa akan dianyam rapat lalu dijemur untuk kemudian menjadi atap rumah. Atap yang terbuat dari daun sagu ini sangat nyaman, karena secara alami akan mengatur suhu udara di bawahnya untuk tetap nyaman bagi manusia.
Apabila pohon sagu telah mati, sesuai dengan musimnya ulat-ulat sagu akan bermunculan, dan ulat-ulat ini pun ikut disantap menjadi makanan berprotein tinggi. Untung sekali saat kami ke sana tidak sedang musim ulat sagu sehingga tidak ada kesempatan untuk dipaksa memakannya.
Itulah kilas budaya Ambon yang sempat tertangkap oleh panca indra saya selama tujuh hari di kota tersebut. Dan tentu saja kisah Ambon tidak terhenti di sini, simaklah dinamika sejarah dan pesona alamnya pada cerita selanjutnya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar